KATA KERJA VERBA 1. Batasan Pengertian Kata kerja atau verba biasanya dibatasi sebagai kata-kata yang menyatakan perbuatan atau tindakan . Namun , batasan ini masih kabur karena tidak mencakup kata-kata seperti tidur dan meninggal yang dikenal sebagai kata kerja , tetapi tidak menyatakan perbuatan atau tindakan . Sebab itu , batasan mengenai kata kerja lalu disempurnakan dengan menambahkan kata-kata yang menyatakan “gerak, keadaaan atau terjadinya sesuatu” sehingga batasan itu menjadi kata kerja adalah kata-kata yang menyatakan perbuatan , tindakan , proses , gerak , keadaan , atau terjadinya sesuatu . 2. Ciri-ciri Kata Kerja Bahasa Indonesia Seperti halnya dengan kata benda , untuk menentukan apakah sebuah kata adalah kata kerja atau tidak , kita mengikuti dua prosedur yaitu prosedur pencalonan dengan kriteria bentuk dan prosedur penetapan dengan kriteria morfologis . a Bentuk Morfologis Secara potensial semua kata yang mengandung imbuhan me-,ber-,di-,-kan, dan –i atau penggabungannya dapat dicalonkan sebagai kata kerja . Di samping itu ada sejumlah kata kerja yang tidak mengandung bentuk-bentuk itu , tetapi secara tradisional dimasukkan dalam kelompok kata kerja , misalnya tidur, bangun, mandi, makan, pergi, datang, pulang, duduk, turut, naik, turun, ikut, lupa dan ingat . b Kelompok Kata Segala macam kata yang disebut di atas , baik yang memiliki imbuhan sebagai penanda kata kerja maupun yang tidak memiliki imbuhan mana pun , dari segi kelompok kata fraseologis , memunyai suatu kesamaan struktur , yaitu dapat diperluas dengan kelompok kata dengan + kata sifat , misalnya Ia berjalan dengan cepat. Gadis itu menyanyi dengan nyaring. Anak itu tidur dengan nyenyak. Segala macam kata yang dapat diperluas dengan kelompok kata dengan + kata sifat adalah kata kerja . 3. Infleksi Infleksi adalah perubahan bentuk kata tanpa mengubah identitas leksikal kata itu , dengan atau tanpa mengubah kelas katanya . Secara khusus perubahan bentuk sebuah kata kerja dengan tetap mempertahankan identitas kata kerja itu sama saja artinya dengan mengubah bentuk kata itu , tetapi makna kata seperti yang terkandung dalam kata itu tidak berubah , seperti menulis → ditulis → kutulis → kau tulis → kami tulis melihat → dilihat → kulihat → kau lihat→ kami lihat membaca → dibaca → kubaca→ kau baca → kami baca mencari → dicari → kucari → kau cari→ kami cari memukul → dipukul→ kupukul→ kau pukul → kami pukul Bentuk menulis , melihat , membaca , mencari , dan memukul beserta semua variasinya itu adalah infleksi karena identitas kata-kata tersebut sebagai kata kerja dengan pengertian yang ada pada tiap bentuk kata itu tidak berubah , kecuali bentuk terikat me- yang secara berurutan diganti dengan di-,ku-,kau-, dan kami yang mengubah pengertian pelakunya . 4. Derivasi atau Transposisi Derivasi atau transposisi adalah suatu proses perubahan kelas kata dengan atau tanpa pemindahan kelas kata . Dalam kaitan dengan kata kerja terdapat tiga macam proses derivasi , yaitu derivasi internal , derivasi deverbal , dan verbalisasi . a Derivasi Internal Derivasi internal adalah proses mengubah sebuah verba kata kerja menjadi kata kerja lain tanpa mengubah kelas katanya , namun identitas leksikalnya makna katanya berubah . Misalnya membuat menjadi membuatkan . b Derevasi deverbal Derevasi deverbal adalah proses perubahan kelas kata kerja menjadi kelas-kelas kata lain , entah kata benda , kata sifat , atau kata tugas . c Verbalisasi Verbalisasi adalah suatu proses perubahan kelas kata dari kelas-kelas nonverbal bukan kata kerja menjadi kata kerja . Kelas kata yang bisa diubah menjadi kata kerja adalah kata benda kata kerja denominal atau verba denominal dan kata sifat kata deadjektival atau verba deadjektival . 5. Pembagian Kata Kerja Dilihat dari bermacam-macam sudut , kata kerja dapat dibagi lagi atas kelompok-kelompok di bawah ini sesuai dengan hubungannya dengan fungsi-fungsi lain dalam kalimat atau berdasarkan struktur morfologisnya a Berdasarkan Relasinya dengan Objek Pertama-tama kata kerja dapat dibagi berdasarkan ada tidaknya objek yang melengkapi kata kerja itu . 1 Kata Kerja Intransitif Bila sebuah kata kerja tidak menghendaki pelengkap beruba objek , kata kerja disebut kata kerja intransitif , yang terbagi lagi atas a. Intransitif Biasa Kata kerja instransitif biasa adalah kata kerja intransitif yang tidak menghendaki keterangan atau pelengkap apapun . Misalnya , mandi , menangis , meninggal , berdiri , menari , beristri , tertawa , dan kehujanan . b. Intransitif Berpelengkap Verba Kata kerja intransitif berpelengkap verba adalah kata kerja intransitif yang dapat diikuti sebuah kata kerja sebagai pelengkapnya , terutama kata kerja yang menyatakan gerak pergi , datang , pulang , dan kembali . c. Intransitif Kopulatif Kata kerja intransitif kopulatif adalah adalah kata kerja intransitif yang bersama-sama kata benda atau kata sifat yang mengikutinya bertindak sebagai predikat . Misalnya menjadi dan merupakan . d. Intransitif Berpelengkap Nomina Kata kerja intransitif berpelengkap nomina adalah semacam kata kerja intransitif yang dapat diberi pelengkap kata benda , tetapi harus dirangkaikan dengan sebuah kata perangkai . Misalnya orang itu bercerita mengenai perisitiwa itu . e. Transitif Semu Kata kerja transitif semu adalah semacam kata kerja intransitif yang seolah-olah kata kerja transitif yang berobjek langsung , seperti tampak pada konstruksi berjualan beras , berdagang kopi , bertanam padi , berbuat baik , dan beternak sapi . 2 Kata Kerja Transitif Kata kerja transitif adalah kata kerja yang menghendaki sebuah kata yang berfungsi sebagai objek . Kata kerja transitif terbagi atas a. Monotransitif Kata kerja monotransitif menghendaki sebuah objek , misalnya membawa , membeli , mengairi , dan mendinginkan . b. Bitransitif Kata kerja bitransitif adalah kata kerja transitif yang menghendaki dua buah objek . Misalnya membelikan , menuliskan , menghadiakan dan lain-lain . c. Transitif Berobjek dan Berpelengkap Kata kerja transitif berobjek dan berpelengkap adalah kata kerja transitif yang menghendaki objek dan sebuah pelengkap atau keterangan , misalnya mengangkat dan mengira . d. Transitif Berobjek Klausa Kata kerja transitif berobjek klausa adalah kata kerja transitif yang menghendaki objek yang berbentuk sebuah klausa dengan konjungsi bahwa. Misalnya mengatakan dan mengumumkan . e. Transitif Berobjek Klausa tanpa Konjungsi Kata kerja transitif tipe ini mirip dengan kata kerja transitif berobjek klausa , tetapi tidak memerlukan konjungsi . Misalnya memaksa dan menganjurkan . 3 Kata Kerja Amfoterik Kata kerja ini merupakan kata kerja yang dapat menghendaki objek dan dapat pula tidak menghendaki kehadiran objek . Misalnya makan , minum , dan membaca . b Berdasarkan Kompleksitas Morfemnya Berdasarkan kriteria kompleksitas morfemnya kata kerja dibagi atas dua kelompok 1 Kata Kerja Monomorfemis Kata Kerja Monomorfemis adalah kata kerja yang tidak mengandung imbuhan karena selalu berbentuk morfem dasar . 2 Kata Kerja Polimorfemis Kata Kerja Polimorfemis adalah kata kerja yang terdiri atas dua morfem atau lebih , dapat berbentuk satu morfem dasar dengan satu atau lebih morfem terikat , atau dua morfem dasar dengan satu atau lebih morfem terikat . c Berdasarkan Fungsinya sebagai Predikat Berdasarkan fungsinya sebagai predikat , kata kerja dapat dibedakan atas 1 Kata Kerja Penuh Kata Kerja Penuh adalah kata kerja yang langsung berfungsi sebagai predikat tanpa bantuan kata-kata lain . Hampir semua kata kerja yang diuraikan di atas , kecuali kopula , adalah kata kerja penuh . 2 Kata Kerja Bantu Kata Kerja Bantu adalah semacam kata kerja yang menduduki fungsi khusus terhadap sebuah kata kerja utama . Ada tiga macam kata kerja bantu yang dapat dirangkaikan bersama-sama untuk membatasi kata kerja utama dalam suatu urutan tertentu , yakni keharusan , kemampuan , dan keinginan . KATA BENDA NOMINA 1. Pengertian nomina Nomina atau kata benda, secara filosofis dibatasi sebagai nama dari semua benda dan segala sesuatu yang dibendakan. Menurut wujudnya, kata benda dibagi atas a. Kata benda kongkret, yaitu nama dari benda-benda yang dapat ditangkap dengan pancaindera. Kata kongkret dapat dibagi menjadi nama diri, nama benda, nama zat, nama alat, dan nama jenis. b. Kata benda abstrak, adalah nama-nama benda yang tidak dapat ditangkap dengan pancaindera. Kata benda abstrak dapat dibagi menjadi nama sifat, nama keadaan, dan nama perbuatan. 2. Ciri-ciri nomina bahasa Indonesia a. Bentuk morfologis Dari sudut bentuk kata, semua kata yang mengandung morfem terikatimbuhan ke-/-an, per-/-an, pe-, -an, misalnya perumahan, perbuatan, kecantikan, pelari, dan jembatan. Namun, disamping itu harus diingat bahwa ada sejumlah besar kata yang tidak dapat ditentukan sebagai kata benda dari segi bentuk, seperti meja, kursi, rumah, pohon, dan kayu. b. Kelompok kata Kedua kelompok kata benda seperti disebutkan di atas, dapat mengandung suatu ciri struktural yang sama, yaitu dapat diperluas dengan yang+kata sifat, misalnya Pelari yang cepat Ayah yang baik Jadi, kata benda adalah semua kata yang dapat diterangkan atau diperluas dengan yang+kata sifat. 3. Derivasi atau transposisi Derivasi atau transposisi adalah suatu proses untuk mengubah identitas leksikal sebuah kata, baik dengan memindahkan kelas katanya maupun tidak memindahkan kelas katanya. Dengan demikian, derivasi atau transposisi, dalam kaitan dengan nomina adalah proses untuk mengubah sebuah kata benda, ke kelas kata lain atau mengubah sebuah kata dari kelas lain menjadi kata benda. a. Derivasi internal Derivasi internal adalah proses perubahan identitas sebuah kata benda tanpa pemindahan kelas katanya. Jadi, kata itu tetap berstatus kata benda, tetapi identitas leksikalnya berubah, contohnya pangkal → pangkalan, laut → lautan. b. Derivasi denominal Proses yang disebut derivasi denominal adalah sutu proses mengubah sebuah kata benda ke kelas kata yang lain, baik ke kata kerja verba denominal maupun ke kata sifat adjektiva denominal, atau ke kata tugas adverbial denominal. a Verba denominal Sebuah kata benda dapat mengalami perubahan kelas katanya menjadi kata kerja dengan menggunakan prefiks me-, ber-, atau sufiks –kan, -i, atau gabungan antara prefiks dan sufiks tersebut. b Adjektif denominal Beberapa derivasi denominal dapat menghasilkan adjektif, walaupun dalam jumlah terbatas. c Adverbial denominal Bila kata sifat yang diturunkan dari kata benda sangat terbatas, adverbial yang diturunkan dari kata benda lebih terbatas lagi jumlahnya. c. Nominalisasi Nominalisasi atau disebut juga substantivasi adalah suatu proses perubahan kelas kata, yaitu dari kelas kata lain menjadi kata benda. Berdasarkan kelas katanya, dapat dibedakan menjadi a Nomina deverbal adalah proses perubahan kelas kata dengan dasar verba menjadi nomina b Nomina deadjektival Dari sebuah adjektiva dapat dilakukan derivasi untuk memeroleh sebuah kata benda deadjektival. 4. Pembagian nomina Tatabahasa tradisional membagi-bagi kata benda atas kata benda kongkret dan kata benda abstrak. Dari sudut bentuk, nomina dapat dibagi atas nomina asli, atau nomina monomorfemis dan nomina turunan atau nomina polimorfemis. Di pihak lain, nomina dapat dibagi berdasarkan keanggotaannya, yaitu nomina atau kata benda, pronominal, dan artikula. 5. Pronomina Pronomina atau kata ganti adalah kata-kata yang dipakai untuk menggantikan nomina atau kata yang dibendakan dalam hubungan atau posisi tertentu. Kata ganti menurut sifat dan fungsinya dapat dibedakan atas a. Pronomina personalia atau kata ganti orang adalah kata-kata yang secara khusus menggantika orang atau manusia dalam posisi tertentu untuk menghindari pengulangan yang tak perlu.. a Macam-macam pronominal personalia b Kata acuan dan kata sapaan Karena latar belakang sosial-budaya, tabu, atau pantang bahasa, eufemisme, dan sebagainya, sering hubungan antara persona terasa canggung atau tidak pantas dinyatakan dengan kata ganti. Kata acuan biasa dipakai untuk orang I, II, dan kadang-kadang orang III. Sedangkan kata sapaan hanya untuk orang II. b. Pronominal possesiva atau kata ganti milik adalah kata yang berfungsi menggantikan orang dalam kedudukan sebagai pemilik. Karena itu dalam bahasa Indonesia sebenarnya tidak ada kata ganti milik. Ternyata apa yang lazim disebut sebagai kata ganti milik itu tidak lain dari kata ganti orang juga yang mengemban fungsi pemilik, seperti halnya nomina biasa. c. Pronominal demonstrative atau kata ganti penunjuk adalah kata yang menunjuk dimana terdapat suatu benda. d. Pronominal relative atau kata ganti penghubung adalah kata-kata yang menghubungkan anak kalimat dengan sebuah kata benda yang terdapat dalam induk kalimat. e. Pronominal interrogative ataua kata ganti penanya adalah kata-kata yang menanyakan tentang benda, orang atau sesuatu keadaan. f. Pronominal indeterminativa atau kata ganti tak tentu adalah kata-kata yang menggantikan atau menunjukkan benda atau orang dalam keadaan yang tidak tentu, tidak pasti, atau umum. 6. Artikula Artikula atau kata sandang dimasukkan sebagai subkelas kata benda karena ia merupakan bagian dari kata benda yang berfungsi sebagai penentu kata benda tersebut. Dengan demikian kata artikula atau kata sandang mangandung fungsi-fungsi sebagai berikut a. Menentukan kata benda b. Menominalisasikan suatu kata yang,besar, yang kaya, yang miskin, dan sebagainya. 7. Klasifikator Dalam tatabahasa Indonesia sering disebut sebuah istilah kata bantu bilangan., karena kata-kata dimaksud selalu digunakan untuk mendampingi kata bilangan yang menyatakan jumlah suatu barang. Kata-kata semacam ini sebenarnya adalah kata benda biasa. KATA SIFAT ADJEKTIVA 1. Batasan Pengertian Kata sifat adjektiva = yang ditambahkan, tambahan menurut tata bahasa tradisional dibatasi sebagai kata yang menyatakan sifat atau keadaan dari suatu nomen kata benda atau suatu pronomen, misalnya tinggi, rendah, lama, dan baru. Malah terdapat juga batasan lain sebagai beikut kata sifat adalah kata yang memodifikasi yaitu mengklualifikasi, menerangkan, atau membatasi sebuah nomina atau pronomina. Struktur adjektiva dalam bahasa-bahasa Barat berbeda dengan struktur adjektiva dalam bahasa Indonesia. Adjektiva dalam bahasa Barat selalu harus selaras dengan kata benda yang diterangkannya asas konkordansi dalam tiga hal, yaitu 1 Dalam kasusnya casus, yang bertalian dengan fungsi kata bendanya dalam kalimat; 2 Dalam jumlahnya numerous, yang bertalian dengan jumlah kata benda tunggal atau jamak; dan 3 Dalam jenis katanya genus, yang bertalian dengan jenis kata benda yang jantan, betina, atau neutrum. Adjektiva selanjtnya dapat mengambil bentuk-bentuk khusus bila ditempatkan dalam tingkat-tingkat perbandingan gradus comparationis, untuk membandingkan satu keadaan atau sifat pada suatu benda dengan benda yang lain. Taraf-taraf perbandingan adalah 1 Tingkat biasa atau gradus positives; 2 Tingkat lebih atau grodus comparatives; dan 3 Tingkat paling atau gradus superlatives. Selain ketiga tingkat perbandingan itu, masih ada satu tingkatan yang bersifat absolute, yaitu keadaan yang sangat tinggi derajatnya, tanpa membandingkannya dengan tingkatan lain. Derajatnya semacam ini disebut elatif. Bagaimana juga, kedudukan kelas kata sifat jelas dalam bahasa-bahasa Barat, karena memiliki cirri-ciri structural yang jelas. 2. Ciri-ciri kata sifat Bahasa Indonesia Batasan seperti dikemukakan tata bahasa tradisional tidak dapat digunakan karena tidak semua kata yang menerangkan kata benda adalah kata sifat. Kata ayah dalam rumah ayah bukan kata sifat, walaupun ia menerangkan kata benda. Sebab itu harus dicari cirri kata sifat bahasa Indonesia yang lebih operasinal, yaitu menggunakan cirri bentuk dan kelompok kata. a. Bentuk Morfologis Dari segi bentuk, semua atau hampir semua kata sifat dalam bahasa Indonesia dapat mengambil bentuk se+reduplikasi kata dasar+nya, misalnya tinggi→se+tinggi-tinggi+nya cepat→se+cepat-cepat+nya Dengan menggunakan kaidah diatas, tiap orang dapat menetapkan apakah sebuah kata itu kata sifat atau tidak, misalnya apakah kata-kata teliti, buruk, mahal, dan pahit itu kata sifat atau tidak. Secara morfologis ternyata kata-kata itu dapat dibentuk mempergunakan kaidah di atas, yaitu teliti→se+teliti-teliti+nya buruk→se+buruk+buruk+nya Hanya kata sifatlah yang dapat mengambil bentuk itu. Kelas kata yang lain ternyata tidak dapat dibentuk dengan cara itu. Walaupun demikian, ada sekelompok kata sifat yang tidak dapat diperluas dengan prosedur tersebut, yaitu kata sifat polimorfemis, entah yang diturunkan dari kata kerja menyenangkan, mangagumkan, dan membingunkan, entah dari kata benda kekanak-kanakkan dan kebelanda-belandaan, atau dari kata sifat seperti kemerahan-merahan dan keputihan-putihan. b. Kelompok Kata Segala kata yang sudah dicalonkan sebagai kata sifat dengan prosedur bentuk kata dan yang tidak dapat ditetapkan dengan prosedur itu, ternyata dari segi kelompok kata dapat diterangkan dengan kata lebih, sekali, paling, dan amat, misalnya 1 Kelompok 1 Lebih besar, besar sekali, paling besar, amat besar. Lebih tinggi, tinggi sekali, paling tinggi, amat tinggi. 2 Kelompok 2 Lebih menyusahkan lebih kekanak-kanakan Menyusuhkan sekali kekanak-kananakan sekali Batasan Kata sifat adalah semua kata yang dapat mengambil bentuk se + reduplikasi + nya, serta dari sudut fraseologis dapat diperluas dengan lebih, paling, sekali, amat. 3. Macam-macam Kata Sifat Dari sudut bentuk telah disinggung di atas bahwa ada kata sifat monomorfemis dan kata sifat polimorfemis. Kita juga dapat membagi kata sifat atas kelompok simantik yang dukungnya. Berdasrkan segi semantik, kata sifat dapat dibagi atas a. Deskripsi warna b. Deskripsi ukuran c. Deskripsi suasana hati d. Deskripsi kualitas e. Deskripsi pencerapan 4. Derivasi atau Transposisi Kata sifat dapat mengalami derivasi atau transposisi, yakni mengalami perubahan identitas leksikalnya. Perubahan identitas leksikal ini dapat berupa derivasi internal, derivasi deadjektival, dan adjektivasi. a. Derivasi Internal Derivasi Internal terjadi dalam bentuk perubahan sebuah kata sifat dengan memporelah imbuhan-imbuhan yang mengubah identitas leksikalnya, namun bentuk yang baru itu masih tetap berada dalam kelas kata sifat. Derivasi internal ini biasanya mengambil konfiks ke-an. Misalnya besar→kebesaran tinggi→ketinggian Derivasi internal ini nampaknya menimbulkan homonimi dengan nominalisasi, yaitu pembendaan. Namun, hal ini akan menjadi jelas bila kata-kata itu berada dalam konteks. Ternyata dari sudut bentuk, kata sifat yang mengalami derivasi internal ini tidak dapat mengambil bentuk se+reduplikasi+nya. Juga kata-kata turunan itu tidak dapat diperluas dengan kata-kata amat, lebih,, sekali, dan sangat karena kata turunan itu sudah mengandung makna amat, sangat, dan terlalu. b. Derivasi deadjektival adalah proses perubahan identitas leksikal sebuah kata sifat dengan mendapat afiksasi tertentu tertentu sehingga memindahkan kelas kata sifat itu ke kelas kata yang lain. Derivasi deadjektival dapat menghasilkan verba deadjektival dapat menghasilkan verba deadjektival, nomina deadjektival, dan kata tugas deadjektival. 1. Verba Deadjektival Derivasi deadjektival yang menghasilkan kata kerja dapat dilakukan dengan menambahkan afiks per-, memper-, dan me-kan. Derivasi ini disebut juga sebagai verbalisasi, seperti Tinggi ─ pertinggi ─ mempertinggi ─ meninggikan Rendah ─ perendah ─ memperendah ─ merendahkan Beberapa kata sifat yang mengalami derivasi seperti dikemukakan di atas memperlihatkan sifat mendua, yaitu di satu pihak memang terjadi perubahan identitas leksikal dari kata sifat ke kata sifat ke kata kerja, tetapi dapat juga tetap memperlihatkan bahwa derivasi itu bisa bersifat sebagai kata sifat, seperti halnya dengan kata sifat yang hanya mengalami perubahan derivasi internal. Kata-kata sifat yang dimaksud di sini juga terbatas hanya pada kata-kata yang menyatakan suasana hati, seperti Kata dasar Verba Adjektif Senang menyenangkan menyenangkan Susah menyusahkan menyusahkan Bahwa bentuk turunan itu dapat memiliki identitas kata kerja atau kata sifat, dapat dibuktikan melalui konteks dengan menggunakan cirri fraseologis untuk masing-masing kelas kata, seperti Anak itu selalu menyenangkan hati orang tuanya. verba 2. Nomina Deadjektival Derivasi Deadjektival yang menghasilkan kata benda dapat dilakukann dengan menambahkan imbuhan pe-, ke-an, dan –nya, atau tanpa pengimbuhan, yaitu dengan posisi, atau dengan menggunakan artikel si dan sang di depan kata sifat, misalnya Kata Dasar Nomina Nomina Posisi tinggi ketinggian tingginya tinggi rumah rendah kerendahan rendahnya besar kebesaran besarnya besar badan Kata Dasar Nomina Kata Dasar Nomina Besar pembesar kaya si kaya Tinggi petinggi miskin si miskin Posisi sebagai transposisi sebuah kata sifat ke kata benda tidak selalu berjalan, bukan kerana tidak bisa secara gramatikal, tetapi tidak berterima karena kelaziman. 3. Kata Tugas Deadjektival Pembentukan kata tugas yang diturunkan dari kata sifat jarang atau hampir tidak pernah terjadi. Dalam tata bahasa lama sering dikemukakan bahwa frasa seperti dengan senang dan dengan cepat dimasukkan sebagai adverbia, yaitu sebuah sub kelas dari kata tugas. c. Adjektivisasi Derivasi jenis terakhir adalah derivasi kelas kata lain menjadi kata sifat. Derivasi ini dapat menghasilkan kata-kata sifat yang berupa adjektif, deverbal, adjektif denominal, dan adjektif deadverbial. 1. Adjektiva Deverbal Adjektifa deverbal sebenarnya merupakan kata turunan yang diproses secara tak langsung dari satu kelompok adjektif yang menyatakan suasana hati. Kata-kata sifat itu pertama-tama diderivasikan menjadi kata kerja, baru dari kata kerja diderivasikan lagi menjadi kata sifat. 2. Adjektif Denominal Kata-kata sifat, khususnya yang menyangkut warna dalam bahasa Indonesia asli, hanya terdiri atas beberapa kata saja, yaitu hitam, putih, merah, hijau, biru, dan kuning. Namun, karena keinginan untuk melukiskan warne-warna secara lebih tepat seperti yang dicerap pancaindera, jalan keluar yang ditempuh adalah membentuk kata-kata sifat baru yang diturunkan dari kata benda yang memiliki warna yang khas, seperti coklat, abu-abu, merah jambu, merah hati, merah padam → padma = lotus merah, burik, dan belang-belang. 3. Adjektifal Deadverbial Masalahnya adalah, apakah ada kata sifat yang dapat diturunkan dari adverbial ? pertayaan ini muncul karena adverbial termasuk dalam kelas kata tugas yang sukar mengalami perubahan bentuk. 5. Tingkat Perbandingan Kata-kata sifat secara khusus dapat ditempatkan dalam tingkat perbandingan gradus comparationis untuk membandingkan suatu keadaan dengan keadaan yang lain atau membandingkan suatu benda dengan benda yang lain, atau suatu tindakan dengan tindakan yang lain. Perbandingan itu dapat dilakukan dengan a. Tingkat Biasa Perbandingan dalam tingkat biasa umumnya dinyatakan dengan tiga kelompok frasa berikut 1 Sama + kata sifat+dengan 2 Kata sifat + nya + sama dengan 3 Se + kata sifat b. Tingkat lebih Perbandingan dalam tingkat lebih menyatakan kualitas sebuah objek lebih tinggi dari objek lain yang diperbandingkan. Untuk menyatakan perbandingan tingkat lebih, biasanya digunakan frasa lebih + kata sifat + daripada , atau kurang + kata sifat + daripada. Tingkat lebih dapat divariasikan sehingga dapat diturunkan dua peringkat, yaitu 1 Lebih kurang + kata sifat + daripada 2 Lebih + kurang +kata sifat +lagi daripada c. Tingkat Paling Perbandingan dalam tingkat paling biasanya dinyatakan dengan frasa paling + kata sifat + dari atau ter + kata sifat. Seperti halnya dengan tingkat biasa yang menggunakan se-, tingkat paling yang menggunakan ter- tidak dipakai pada kata sifat yang berafiks. d. Tingkat Elatif Tingkat elatif adalah suatu tingkat yang sangat tinggi derajatnya, tanpa dibandingkan dengan objek yang lain. 6. Numarelia Sebagai subkelas Adjektiva Kata bilangan numerilia menurut batasan tradisinal adalat kata-kata yang menyatakan jumlah atau satuan kumpulan benda, atau urutan tempat dari nama-nama benda. Batasan tradisional ini menunjukkan bahwa secara fungsional kata bilangan dan kata sifat memiliki kesamaan Karena sama-sama menjelaskan kata benda. 7. Macam-macam Kata Bilangan Ada dua macam sistem kata bilangan dalam pelbagai bahasa didunia, yaitu sistem decimal dan sistem kuinal. Menurut sifatnya kata bilangan dapat dibagi atas a. Kata bilangan utama Kata bilangan utama adalah kata bilangan yang member keterangan mengenai jumlah barang atau hal. Kata-kata ini merupakan dasar bagi pembentukan kata bilangan tingkat dan kata bilangan kumpulan. b. Kata bilangan tingkat Kata bilangan tingkat numeralia ordinalia adalah kata bilangan yang menjelaskan dalam ururtan ke berapa sebuah benda berada. Kata bilangan tingkat dibentuk dengan menggunakan kata bilangan utama yang diberi prefiks ke-, kecuali untuk urutan satu digunakan juga kata pertama yang diserap dari bahasa Sangsekerta. c. Kata Bilangan Kumpulan Kata bilangan kumpulan adalah kata bilangan yang menjelaskan berapa satuan himpunan barang atau hal, yakni berapa banyak barang yang terdapat dalam satu himpunan. Ada dua bentuk kata bilangan himpunan dalam bahasa Indonesia, yaitu 1 Yang dibentuk dengan menambahkan prefiks ke- pada kata bilangan utama seperti halnya kata bilangan tingkat kedua, ketiga, keempat, kelima, dan keenam ; dan 2 Yang dibentuk dengan menmbahkan prefiks ber-pada kata bilangan utama berdua, bertiga, berempat, berlima, dan berenam. d. Kata Bilangan Tak Tentu Kata bilangan tak tentu adalah kata bilangan yang menjelaskan jumlah barang atau hal yang tidak diketahui jumlahnya secara pasti. 8. Ciri-ciri Kata Bilangan Walaupun tidak memiliki cirri-ciri yang jelas seperti kata sifat, dapat dicatat beberapa cirri kata bilangan sebagai berikut. a. Bentuk Morfologis Dari segi bentuk, kata bilangan utama tidak mengalami perubahan bentuk, kata bilangan tingkat dibentuk dari kata bilangan utama dengan pengimbuhan prefiks ke-, sementara kata bilangan kumpulan dapat dibentuk dengan dua macam pengimbuhan, yaitu dengan prefiksasi ke-, atau ber- . pengimbuhan dengan ke-, dapat digunakan pada semua benda atau nama, sedangkan ber-, hanya dipakai pada manusia. b. Kelompok Kata 1. Kata Bilangan Utama 2. Kata Bilangan Tingkat 3. Kata Bilangan Kumpulan 9. Kata Bilangan Serapan a. Bilangan paling tinggi yang dikenal orang-orang Nusantara dahulu hanya sampai ribuan. Oleh Karena kontak dengan negari-negeri lain, terutama india, mereka menerima bilangan yang lebih tinggi dari ribuan, yaitu kata laksa, keti, dan juta. b. Bilangan yang lebih besar dari satu juta dipinjam dari istilah-istilah barat. namun, perlu diperhatikan bahwa ada dua sistem yang biasa digunakan, yaitu sistem Perancis dan Amerika, yang diikuti Indonesia dan sistem Inggris dan Jerman. c. Kata bilangan biasanya ditulis dengan angka Arab, dan dalam hal-hal tertentu dipergunakan juga angkat Romawi. 10. Kata Bantu Bilangan Seperti telah dikemukakan sebelumnya, kata-kata bilangan utama, tingkat, dan kumpulan secara fraseologis dapat diperluas atau diperjelas dengan kata-kata bantu bilangan, yang menjelaskan atau membatasi jenis barang dalam jumlah tadi. Kata-kata semacam ini disebut kata bantu bilangan, kata bantu bilangan lebih banyak berfungsi sebagai klasifikator, yakni melakukan pengelompokan atas nomina yang dijelaskannya. KATA TUGAS 1. PENGERTIAN KATA TUGAS Dalam tata bahasa tradisional tidak diberikan pengertian mengenai kata tugas karena kelas kata ini dipecah menjadi beberapa kelas kata, yaitu preposisi, adverbial, dan konjungsi. Dalam kata sifat telah diuraikan dasar-dasar kelas kata yang didasarkan pada kelas kata yang didasarkan pada fungsi, semantic dan bentuk. Dari sudut fungsi dan bentuk, kata-kata dibagi atas dua kelas besar, yaitu a. kata-kata yang menduduki fungsi inti kalimat dan sekaligus mengandung konsep-konsep dasar nomina, verba, dan adjektiva b. kata-kata yang hanya menduduki fungsi peripheral dan hanya mengandung konsep relasional kata tugas preposisi, adverbial, dan konjungsi. Jadi, dengan memperhatikan uraian mengenai kelas kata seperti dikemukakan di atas dan uraian mengenai kata benda, kata kerja, dan kata sifat, kita dapat membatasi kata tugas dari dua sudut. 1 kata tugas adalah kelas kata yang hanya menduduki fungsi peripheral kalimat, dank arena itu hanya berfungsi menghubungkan fungsi-fungsi utama sebuah kalimat, serta dari sudut semantic hanya mengandung konseo-konsep relasional. 2 secara negatif dapat dikatakan bahwa semua kata lain yang tidak termasuk dalam ketiga kelas di atas adalah kata tugas. Walaupun demikian, batasan di atas hanya menggunakan fungsi dan semantic, belum menyinggung batasan dilihat dari sudut bentuk, yaitu criteria morfologis dan fraseologis. karena itu, sesuai dengan prosedur untuk ketiga kelas kata yang lain, di bawah ini akan diuraikan penetapan dengan prosedur bentuk kata. 2. CIRI-CIRI KATA TUGAS a. Bentuk Morfologis Dari sudut morfologis, tidak dapat ditentukan kata-kata mana yang dapat dikelompokkan dalam kata tugas. Pada umumnya, kata-kata tugas sukar sekali mengalami perubahan bentuk. Kata-kata seperti telah, dan, dari, pada, ke, dan tetapi tidak bisa mengalami pengimbuhan. Ada juga beberapa kata tugas yang tampaknya memiliki imbuhan, tetapi kata tugas semacam itu adalah proses derivasi dari kelas kata lain menjadi kata tugas. Sekali ia menjadi kata tugas, ia tidak dapat mengalami perubahan lagi. Misalnya kata selayaknya, kiranya, sesungguhnya, rupanya, agaknya; atau kata biarpun, meskipun, walaupun, sesudah terbentuk menjadi kata tugas dengan imbuhan –nya dan partikel pun, ia tidak dapat mengalami perubahan lagi. b. Kelompok Kata Dari segi kelompok kata, kata-kata tugas tidak dapat diperluas atau diterangkan oleh kata-kata lain. akan tetapi, kata tugas dapat digabungkan gagasan-gagasan lain dalam kalimat, atau untuk mengadakan transformasi kalimat. Sebuah ciri lain yang dapat dipakai sebagai pegangan untuk menentukan kata tugas adalah sebagai berikut. Kata benda, kata sifat, dan kata kerja dpat membentuk kalimat minor kalimat dengan sepatah kata saja, namun kata-kata tugas umumnya tidak demikian. sebagai sebuah tutur yang lengkap, kita dapat mengatakan Babi! Rumah! Adik! Kerja! Pergi! Tidur! Bagus! Cepat! Manis! Akan tetapi, kita tidak dapat berbuat seperti itu dengan kata-kata tugas. Kita tidak bisa membentuk suatu kalimat dengan sepatah kata dengan menggunakan kata tugas, seperti Telah! Dan! Sesudah! Supaya! Tetapi! Sebelum! Walaupun dapat diterima sebuah prinsi umum bahwa kata tugas tidak dapat mengalami perubahan bentuk atau diperluas dengan kata-kata lain atau dpat membentuk kalimat minor, seperti halnya kata-kata penuh, ternyata ada juga beberapa kata tugas yang dapat mengalami derivasi, dan ada juga yang dapat membentuk kalimat minor, misalnya 1 derivasi menyudahkan – menyudahi – disudahi – kesudahan menidakkan – ditidakkan – penidakan 2 kalimat minor Sudah! Tidak! Belum! Bukan! 3. DERIVASI ATAU TRANSPOSISI Seperti sudah dikemukakan di atas, kata-kata tugas tidak dapat ditransposisikan ke kelas kata yang lain, kecuali beberapa kasus seperti dikemukakan di atas, misalnya sudah, ya, dan tidak. Yang sering terjadi adalah transposisi dari kata-kata penuh menjadi kata tugas, seperti melewati, mengenai, akhirnya, terlalu, dan rupanya. Transposisi itu sering tidak diketahui lagi bahwa kata itu sebenarnya kata penuh, misalnya dengan teman, oleh hasil, pada tempat. Dengan memperhatikan criteria morfologis dan fraseologis seperti dikemukakan di atas, kata-kata tugas dapat dibagi dalam dua kelompok, yaitu a kata-kata tugas yang yang monovalen = bernilai satu, yaitu semata-mata bertugas untuk memperluas kalimat, misalnya dan, tetapi, sesudah, di, ke, dan dari. Ini merupakan kelompok terbesar b kata-kata tugas yang ambivalen = bernilai ganda, yaitu disamping berfungsi sebagai kata tugas yang monovalen, dat juga bertindak sebagai kata penuh, baik dalam membentuk sebuah kalimat minor maupun dalam membentuk kata-kata turunan. 4. MACAM-MACAM KATA TUGAS Karena criteria utama kata tugas adalah fungsinya yang menghubungkan kata-kata penuh dalam sebuah kalimat, pembagian kata tugas juga didasarkan pada jenis fungsinya untuk merangkaikan macam-macam kata penuh tersebut. Berdasarkan hal tersebut, kata-kata tugas dapat dibagi atas preposisi kata depan, adverbial, dan konjungsi kata sambung. 5. PREPOSISI KATA DEPAN a. Pengertian Preposisi Menurut definisi tradisional, kata depan atau preposisi adalah kata yang bertugas merangkaikan kata atau bagian kalimat. Tempatnya selalu terletak di depan kata. Dalam perbandingan bahasa-bahasa diketahui bahwa ada juga bahasa yang memiliki kata-kata belakang postposisi, yang letaknya bukan di depan sebuah kata, melainkan di belakang sebuah kata. Karena itu, timbullah sebuah istilah generic, yaitu adposisi, untuk menyatukan kedua istilah itu. Jadi, adposisi dapat dibagi atas dua jenis yaitu preposisi dan postposisi. Bahasa Indonesia hanya mengenal preposisi. b. Macam-Macam Preposisi 1. Kelompok di, ke, dari Kata-kata depan yang termasuk dalam kelompok di, ke, dari, antar, hingga, dan lewat berfungsi merangkaikan sebuah kata dengan kata lain yang menyatakan tempat atau sesuatu yang dianggap tempat dan waktu. Kata di dan ke dipakai pada kata-kata nonmanusia, sebaliknya untuk manusia, nama orang, binatang, waktu, atau kiasan digunakan kata pada dan kepada. Kata-kata depan deverbal yang termasuk kelompok ini adalah menuju, melalui, sampai, mendapatkan, menghadap, mulai, mulai dari, dan menjelang. Dalam bahasa Inggris here, there, beside, in, dan between adalah kata depan tetapi padanannya dalam bahasa Indonesia seperti di mana, di sini, di situ, di samping, ke dalam, ke depan, dan di antara, bukan kata depan. konstruksi semacam itu sudah termasuk frasa preposisional yang berfungsi sebagai adverbial lokatif. 2. Kelompok akan, mengenai Beberapa kata kerja intransitive kadang-kadang memerlukan sebuah pelengkap khusus. Untuk itu, diperlukan sebuah kata depan sebagai perangkai yang menghubungkan kata kerja intransitive tadi dengan pelengkapnya. Kata-kata depan semacam itu adalah kelompok akan, mengenai, tentang, terhadap, atas, dan peri. Hubungan antara kata kerja intransitive dan kata depan itu sering bersifat idiomatic, misalnya rindu akan, kasih akan, ingat akan, maklum akan, berbahaya bagi, bercerita tentang, berkeberatan atas, dan berterima kasih atas. Khusus mengenai kata depan akan, di samping berfungsi sebagai perangkai kata kerja intransitive dengan pelengkapnya, kata ini juga berfungsi untuk a. Menyatakan Futur Kata depan akan bila ditempatkan sebelum sebuah predikat kata kerja maka ia berfungsi untuk menyatakan aspek future, seperti terlihat dalam contoh berikut - Saya akan pergi ke Surabaya - Ibu akan tiba hari ini - Tamu negara akan tiba besok siang b. Menyatakan Penekanan Kata depan akan digunakan juga untuk menguatkan atau menekan sesuatu hal. Dalam hal ini kata akan dapat diganti dengan kata depan mengenai. Seperti halnya dengan kata akan, kata atas sering muncul sebagai konstruksi idiomatic dengan kata-kata lain, seperti atas nama, atas kehendak, atas perintah, dan atas desakan. Dalam hal ini, kata atas dapat diganti dengan kata demi atau dengan, seperti demi nama, dengan nama, demi kehendak, dan dengan kehendak. 3. Kelompok dengan, serta Kelompok kata depan dengan mencakup kata-kata depan lain seperti serta, beserta, dan bersama. Kata dengan, serta, beserta, dan bersama merangkaikan suatu kata kerja dengan keterangan komitatif, sedangkan kata dengan sendiri dapat mengemban fungsi keterangan instrumental, keterangan kualitatif, dan komparatif. 4. Kelompok karena, sebab Kata depan yang termasuk dalam kelompok karena dan sebab adalah karena, sebab, oleh, berkat, dan demi, berfungsi merangkaikan sebuah kata kerja dengan sebuah kata benda atau kata kerja yang menyatakan alas an perbuatan tadi. Kata oleh sebenarnya adalah sebuah kata benda, di samping dipakai untuk menyatakan fungsi sebab, dipakai juga untuk menyatakan fungsi-fungsi berikut a Pengantar pelaku pada kalimat pasif - Sebuah kapal tanker telah diserang oleh pesawat musuh - Rumah itu dikerjakan oleh seorang tukang yang ahli b Pengantar pelaku pada frasa nominal - Gema Tanah Air oleh Jassin adalah sebuah antologi sastra Indonesia - Penggusuran penduduk oleh pemerintah DKI Jakarta terlalu membawaa banya korban 5. Kelompok bagi, untuk Kelompok kata depan bagi dan untuk yang terdiri atas bagi, untuk, guna, dan buat mengamban fungsi-fungsi berikut. a Fungsi yang paling umum adalah menyatakan keterangan benefaktif bila ia mendahului sebuah kata benda - Paket untuk adik telah dikirim tadi - Bagi saya, semua hal itu tidak banyak artinya - Tindakan kakakmu sangat bermanfaat buat kita b Fungsi kedua dapat diartikan dengan digunakan’ atau dipakai untuk’ - Kaca yang dibeli ayah untuk jendela rumah - Tak ada yang disediakan khusus untuk kedatangan ayah c Bila kata-kata depan tersebut mengikuti sebuah kata kerja, kata-kata itu berfungsi untuk menyatakan maksud atau tujuan - Ia bertindak seperti itu untuk membela nama baik keluarganya - Pemerintah telah menetapkan harga pagu karet alam buat melindungi petani karet 6. ADVERBIA a. Pengertian Adverbia Adverbia atau kata keterangan adalah kata yang berfungsi untuk membatasi kata kerja, kata keadaan, atau adverbial yang lain. Kebanyakan adverbia terdiri atas kata-kata dasar, tetapi ada juga yang berupa kata turunan, seperti kata ulang, kata berimbuhan –nya, kata berprefiks se-, kata berkonfiks se-nya, dan kata dengan partikel pun. b. Macam-Macam Adverbia a Adverbia Temporal Waktu Adverbia temporal adalah kata-kata yang menjelaskan bilamana suatu perbuatan atau peristiwa terjadi. b Adverbia Modalitas Kecaraan Adverbia kecaraan adverbial modalitas menjelaskan cara mana suatu pernuatan terjadi menurut penafsiran subjektif. Adverbia kecaraan mempunyai hubungan yang sangat erat dengan keterangan modalitas dalam kalimat. Semua adverbial kecaraan tentu saja akan menjadi keterangan modalitas dalam kalimat, tetapi keterangan modalitas fungsi kalimat dapat diduduki oleh frasa adverbial modalitas. c Adverbia Penekanan Adverbia penekanan secara umum berfungsi menekan kata yang dibatasinya. Misalnya pula, juga, hanya, kah, lah, tah, dan pun. Bentuk-bentuk kah, tah, lah, dan pun oleh hamper semua tata bahasa Indonesia dimasukkan dalam kategori akhiran. Kekeliruan itu terjadi karena pengaruh masalah ejaan. Oleh Ejaan Suwandi, kata-kata itu dirangkaikan saja dengan kata sebelumnya. Keempat bentuk tersebut sebenarnya adalah partikel penentu atau partikel pengeras. Yang dimaksud dengan partikel adalah semacam kata tugas yang memiliki kata khusus, yaitu sangat ringkas atau kecil, yang mengemban fungsi-fungsi tertentu. a. Partikel kah Fungsi dan makna partikel kah adalah 1 Memberi tekanan pada kata yang dirangkaikan dengan kah dalam kalimat Tanya. - Sawah atau ladangkah yang digarapnya? - Bermalas-malas atau berjalankah dia? - Siapakah namamu? 2 Menyatakan hal yang tak tentu; sebenarnya hal itu merupakan pertanyaan juga, hanya pertanyaan tak langsung - Datangkah atau tidak, kami tidak tahu - Terserahlah padamu. Tinggalkah atau berangkat kami tidak ingin mempengaruhi Saudara. b. Partikel tah Fungsi partikel tah sama dengan kah, tetapi lebih terbatas pemakaiannya hanya pada kata Tanya saja apatah, manatah, siapatah. Bentuk-bentuk ini lebih sering dijumpai dalam Melayu Lama. Dewasa ini bentuk itu jarang dipakai. Makna gramatikal partikel tah adalah meragukan sesuatu atau menyatakan sesuatu yang tak tentu. c. Partikel lah Fungsi dan makna partikel lah adalah sebagai berikut. 1 Mengeraskan gatra perbuatan baik dalam kalimat berita, kalimat perintah, maupun dalam permintaan atau harapan. Misalnya - Bacalah dengan nyaring! - Datanglah ke sini pukul lima - Pergilah dia dengan hati yang penuh amarah - Mudah-mudahan terhindarlah mereka dari bencana itu 2 Mengeraskan suatu gatra keterangan, misalnya - Tiadalah aku mau diperlakukan seperti itu - Apa pun yang akan terjadi, pastilah aku akan datang ke sana 3 Menekan gatra pangkal; dalam hal ini biasanya ditambah dengan partikel yang Misalnya - Kamulah yang harus mengerjakan tugas itu - Engkaulah yang bertanggung jawab atas kejadian itu 4 Partikel pun Fungsi dan makna partikel pun adalah sebagai berikut. a. Mengeraskan atau memberi tekanan pada kata yang bersangkutan dalam hal ini dapat diartikan dengan juga, misalnya - Dia pun mengetahui persoalan itu - Kapal-kapal yanag besar pun dapat berlayar di sungai itu b. Dalam mengeraskan sesuatu, dapat juga terkandung makna perlawanan, misalnya - Mengorbankan nyawa sekalipun aku rela - Betapapun ia berjuang mempertahankan hidupnya sia-sia belaka c. Gabungan antara pun + lah dapat mengandung aspek inkoatif, misalnya - Mereka pun berjalanlah - Hujan pun turunlah dengan lebatnya - Ia pun duduklah di bawah pohon yang rindang itu d Adverbia Derajat atau Sifat Adverbia derajat atau sifat menjelaskan kualitas dari suatu perbuatan atau keadaan, misalnya amat, begini, begitu, demikian, hamper, hanya, istimewa, kurang, lagi, lebih, makin, makin-makin, melainkan, saja, sangat, sekali, terlalu, terlampau, cukup. e Adverbia Keadaan Adverbia keadaan menunjukkan keadaan atau situasi dari suatu perbuatan atau hal, misalnya bersama-sama, pura-pura, percuma, seolah-olah, seakan-akan, seperti, sia-sia, cuma-Cuma 7. KONYUNGSI 1. Pengertian Konyungsi konyungsi atau kata sambung adalah kata-kata yang menghubungkan kata-kata, bagian-bagian kalimat dalam sebuah wacana. termasuk dalam konyungsi ini adalah kata-kata yang berfungsi menghantar sebuah bentuk wacana, atau kalimat, seperti sering terdapat dalam cerita-cerita lama. kata-kata pengantar semacam itu adalah alkisah arkian bermula harta kalakian maka syahdan sebermula dewasa ini kata-kata tersebut di atas tidak digunakan lagi. seperti halnya dengan adverbial, kita harus berhati-hati menetapkan kelas kata ini karena ada konyungsi yang berkedudukan sebagai kata, dan ada konyungsi yang berkedudukan sebagai frasa. yang dibicarakan dalam kelas kata adalah kata sambung atau konyungsi sebagai. 2. Macam-macam konyungsi a. Konyungsi Aditif atau Adjungtif Konyungsi aditif atau adjungtif adalah konyungsi koordianatif yang berfungsi menggabungkan dua kata, frasa, klausa, atau kalimat, dalam kedudukan yang sederajat, misalnya dan, lagi, lagipula, dan serta. b. Konyungsi Disjungtif Merupakan konyungsi koordinatif yang menghubungkan dua unsur yang sederajat dengan memilih salah satu dari dua hal atau lebih, misalnya atau, atau … atau, atau … maupun, baik … baik, dan entah … entah. c. Konyungsi Temporal Waktu Menjelaskan hubungan waktu antara dua hal atau peristiwa. Kata-kata konyungsi temporal berikut menjelaskan hubungan yang tidak sederajat, misalnya apabila, bila, bilamana, demi, hingga, ketika, sambil, sebelum, sampai, sedari, sejak, selam, semnjak, sementara, seraya, waktu, setelah, sesudah, dan tatkala. d. Konyungsi Pertentangan Merupakan konyungsi koordianatif yang menghubungkan dua bagian kalimat yang sederajat, dengan mempertentangkan kedua bagian tersebut. Biasanya bagian yang kedua menduduki posisi yang lebih penting dari yang pertama, misalnya tetapi, melainkan, sebaliknya, dan namun. e. Konyungsi Pembenaran Konsesif Merupakan suatu konyungsi subordinatif yang menghubungkan dua hal dengan cara membenarkan atau mangakui suatu hal, sementara menolak hal yang lain yang ditandai oleh konyungsi tadi. Pembenaran dinyatakan dalam klausa utama induk kalimat, sementara penolakan dinyatakan dalam anak kalimat yang didahului oleh konyungsi seperti meskipun, walaupun, biar, biarpun, sungguhpun, kendatipun, dan sekalipun. f. Konyungsi Pembatasan Menjelaskan dalam batas-batas mana suatu haal atau perbuatan dapat dikerjakan. Konyungsi yang biasa digunakan untuk menyatakan hubungan ini adalah kecuali, selain, asal, dan asalkan. Sebab Kausal Menjelaskan bahwa suatu peristiwa terjadi karena suatu sebab tertentu. Bila anak kalimat ditandai oleh konyungsi sebab, induk kalimat merupakan akibatnya. Kata-kata yang dipakai untuk menyatakan hubungan sebab adalah sebab dan karena. h. Konyungsi Akibat Konsekutif Menjelaskan bahwa suatu peristiwa terjadi akibat suatu hal yang lain. Dalam hal ini anak kalimat ditandai okonyungsi yang menyatakan akibat, sedangkan peristiwanya dinyatakan dalam induk kalimat. Kata-kata yang dipakai untuk menandai konyungsi akibat adalah sehingga, sampai, dan akibatnya. i. Konyungsi Perbandingan Berfungsi menghubungkan dua hal dengan cara membandingkan kedua hal itu. Konyungsi yang biasa dipakai untuk menyatakan hal ini adalah sebagai, sebagaimana, seperti, bagai, bagaikan, dan seakan-akan. Tujuan Final Merupakan semacam konyungsi modalitas menjelaskan maksud atau tujuan suatu peristiwa atau tindakan. Kata-kata yang biasa dipakai untuk menyatakan hubungan ini adalah supaya, guna, dan agar. k. Konyungsi Syarat Kondisional Menjelaskan bahwa suatu hal dapat terjadi bila syarat-syarat yang disebutkan itu dipenuhi. Kata-kata yang menyatakan hubungan ini adalah jika, jikalau, dan kalau. l. Konyungsi Korelatif Menghubungkan dua bagian kalimat yang mempunyai hubungan sedemikian rupa sehingga yang satu langsung mempengaruhi yang lain, atau yang satu melengkapi yang lain. Atau, dapat juga dikatakan bahwa kedua bagian kalimat itu mempunyai hubungan timbale-balik. Kata-kata yang dipakai untuk menyatakan korelasi ini adalah semakin … semakin, kian … kian, bertambah … bartambah, dan demikian … sehingga. m. Konyungsi Penegas atau Intensifikasi Konyungsi ini berfungsi untuk menegaskan atau meringkaskan suatu bagian kalimat yang telah disebut sebelumnya. Konyungsi yang biasa digunakan untuk menyatakan hubungan ini adalah yakni, yaitu, umpama, misalnya, ringkasnya, dan akhirnya. n. Konyungsi Penjelas atau Penetap Berfungsi menghubungkan bagian kalimat terdahulu dengan perinciannya. Contoh konyungsinya ini adalah bahwa. o. Konyungsi Situasi Menjelaskan bahwa suatu perbuatan terjadi atau berlangssung dalam suatu keadaan atau situasi tertentu. Kata-kata yang dipakai untuk menyatakan hubungan ini adalah sedang, sedangkan, padahal, dan sambil. p. Konyungsi Pengantar Kalimat Berfungsi untuk memulai sebuah kalimat, atau merangkaikan kalimat pertama denagn kalimat-kalimat dari alinea sebelumnya. Kata konyungsi untuk menyatakan hal ini adalah maka, adapun, akan, bahwasanya, sebermula, syahdan, hatta, arkian, dan kalakian. Gorys Keraf,Dr. 1982. Tata Bahasa Indonesia. Ende-Flores Nusa Indah.
MenurutGorys Keraf (2001:137) Pengertian narasi ini merupakan suatu bentuk wacana yang berusaha mengisahkan suatu peristiwa atau kejadian seolah-olah pembaca tersebut melihat atau juga mengalami sendiri peristiwa/kejadian itu. Narasi tersebut lebih mengisahkan suatu kehidupan yang dinamis di dalam suatu rangkaian waktu. Menurut Atar Semi (2003
Jenis Kata dan Fungsinya Menurut Dr. Goris Keraf 1979, hampir semua tata bahasa sekarang mendasarkan pembagian jenis kata menurut Aristoteles. Sebenarnya Aristoteles sendiri tidak membagi kata-kata menjadi 10 jenis kata. Ia hanya meletakkan sistematikanya. Pembagian jenis kata mula-mula terdiri dari 8 jenis kata. Ketika orang-orang Eropa lainnya berusaha menyusun tata bahasa dalam bahasa mereka, mereka menambahkan jenis kata baru sesuai bahasa mereka yaitu kata sandang, dan kata seru interjectio. 1. Noun Kata Benda nomina Kata benda atau noun didefinisikan sebagai nama dari seseorang, tempat, atau semua benda dan segala yang dibendakan. Pembagian kata benda menurut bagaimana menghitungnya how to count it a. Count noun / Countable noun b. Noncount noun / Mass noun / Uncountable noun Countable noun memiliki bentuk singular dan plural, mereka digunakan bersama dengan singular atau plural verb. Uncountable noun hanya memiliki satu bentuk, mereka digunakan bersama dengan singular verb. Contohhhhhhh Cat, Chair, Game Countable noun adalah individu, tempat, atau benda yang bisa dilihat dan dihitung. Ada beberapa kategori countable noun, diantaranya adalah name of persons, their relationships, and their occupations examples one boy, one friend, one student, two boys, two friends, two students names of animals, plants, insects examples one dog, one flower, one bee, two dogs, two flowers, two bees names of things with a definite, individual shape examples one car, one house, one room, two cars, two houses, two rooms units of measurement examples one inch, one pound, one degree, two inches, two pounds, two degrees units of classification in society examples one family, one country, one language, two families, two countries,two languages containers of nouncount solids,liquids, pastes, and gases examples one bottle, one jar, one tube, two bottles, two jars, two tubes a limited number of abstract concepts examples one idea, one invention, one plan, two ideas, two inventions, two plans Uncountable noun hanya memiliki satu bentuk. Mereka digunakan bersama dengan singular verb. Beberapa kategori uncountable noun adalah food staples that can be purchased in various forms examples bread, meat, butter construction materials that can change shape, depending on what is made examples wood, iron, grass liquids that can change shape, depending on the shape of the countainer examples oil, tea, milk natural substances that can change shape, depending on natural laws examples steam, water, ice, smoke, ashes, oxygen substances with many small parts examples rice, sand, sugar groups of things that have different sizes and shapes examples clothing a coat, a shirt, a sock, furniture a table, a chair, a bed, luggage a suitcase, a trunk, a box languages examples Arabic, Japanese, Spanish abstract concepts, often with ending – ness, – ance, – ence, -ity examples beauty, ignorance, peace most – ing form examples learning, shopping, working 2. Verb kata kerja Verb adalah kata atau frasa yang menyatakan keberadaan, perbuatan, atau pengalaman. Verb dikategorikan menjadi main verb dan auxiliary verb. Dalam beberapa buku grammar, auxiliary verb disebut helping verb karena digunakan dengan main verb, modal dan to be termasuk dalam auxiliary verb. Setiap verb dalam bahasa Inggris dapat diformulasikan sebagai berikut VERB = tense + modal + have + participle + be + -ing + verb word Modal = can, could, may, might, must, shall, should, will, would Be= is, am, are Bila suatu verb menghendaki adanya suatu obyek/pelengkap disebut transitive verb, misalnya build, cut, find, rise, sleep, stay, walk, etc. Sebaliknya bila verb tersebut tidak memerlukan suatu obyek/pelengkap disebut intransitive verb, misalnya agree, arrive, come, cry, exist, go, happen, live, occur, rain, rise, sleep, stay, walk, shop. 3. Adjective kata sifat Adjective atau frasa adjective mendeskripsikan noun. Mereka digunakan untuk mendeskripsikan quantity number or amount, sufficiency number or amount needed, consecutive order order in sequence, quality appearance, dan emphasisimportant or force. ex intelligent, lazy, young, old, rich, poor, beautiful, brown, modern, etc Kebanyakan adjective dan frasa adjective memiliki satu bentuk saja. Mereka tidak berubah bentuk ketika bertemu dengan noun. 4. Pronoun kata ganti Pronoun digunakan untuk menggantikan noun. Noun yang digantikan disebut antecedent. Ada beberapa macam pronoun yaitu 1. subject pronoun examples I, you, he, she, it, we, you, they 2. object pronoun examples me, you, her, him, it, us, you, them 3. possessive pronoun examples my, your, her, his, its, our, your, their 4. relative pronoun examples who, which, whom 5. reflexive pronoun examples myself, yourself, himself, herself, itself, ourselves, yourselves, themselves. 6. reciprocal pronoun example each other. 5. Adverb Kata Keterangan Adverb dan frasa adverb menambah informasi pada verb, adjective, atau kalimat. Mereka memberikan keterangan tentang manner how something is done, frequency how often, time and date when, duration of time how long. examples tomorrow, today, yesterday, soon, always, usually, often, frequently, generally, sometimes, occasionally, seldom, rarely, hardly ever, never, not ever, already, finally, just, probably. Quickly, etc. 6. Kata Bilangan Numeralia Adalah kata yang menyatakan jumlah benda atau jumlah kumpulan atau urutan tempat dari nama-nama benda. Examples ordinal numbers first, second, third, fourth, etc , cardinal numbers one, two, three, four, etc . 7. Conjunction kata sambung Conjunction adalah kata yang menghubungkan kata-kata, bagian-bagian kalimat atau menghubungkan kalimat-kalimat. Examples and, or, but, etc. 8. Preposition kata Depan preposisi Preposition kata yang merangkaikan kata-kata atau bagian kalimat. Preposisi biasanya diikuti oleh noun dan pronoun. Examples about, above, across, after, against, along, among, around, at, before, behind, below, beneath, beside, between, beyond, by, despite, down, during, for, from, in, into, like, near, of, off, on, out, over, since, through, throughout, till, to, under, until, up, upon, with, within, without, etc. 9. Determiner Kata Sandang Determiner tidak mempunyai arti akan tetapi mendeskripsikan noun. examples a, an, the. 10. Kata Seru Interjeksi Interjeksi mengungkapkan semua perasaan dan maksud seseorang, maka kata seru sebenarnya bukanlah kata tetapi semacam kalimat. Kata seru tidak dibahas dalam perangkat lunak penterjemah ini. Example Ah, ih, auh, uh,ah
GorysKeraf (2010) mengungkapkan bahwa personifikasi adalah bahasa kiasan yang Sifat insani yang biasa digunakan dalam majas jenis personifikasi antara lain berjalan, tumbuh kembang, menangis, berlari, memukul, dan sebagainya. Contoh dari penggunaan majas personifikasi sesuai dengan ciri ini adalah kata-kata seperti daun melambai
Menjalin paragraf yang berkoherensi membutuhkan keahlian dari seorang penulis atau pembicara dalam mengembangkan paragraf sesuai dengan topik yang telah ditentukan tidaklah mudah, karena dalam sebuah paragraf membutuhkan penjelasan secara rinci dengan dukungan kalimat utama dan kalimat penjelas agar menciptakan sebuah paragraf yang utuh dapat dipahami oleh pembaca. Secara teori umum agar memudahkan pembaca dalam memahami ide dalam paragraf setidaknya memiliki tiga sampai dengan lima kalimat, dalam prakteknya membuat paragraf tidak semudah itu karena harus di bangun oleh kalimat yang mempunyai hubungan dan keterkaitan serta tidak memiliki perulangan kata. Membuat keterpaduan antar kalimat agar menjadi paragraf yang berkoherensi memiliki pengulangan kata, konjungsi yang tepat, kata ganti orang dan penggunaan tanda baca, tentu yang berkaitan dengan kalimat utama dan kalimat pendukung. Pengertian Paragraf Menurut Para Ahli Sebelum memahami apa saja jenis-jenis paragraf ketahui terlebih dahulu apa itu paragraf menurut para ahli berikut ini Menurut Gorys Keraf 199762 mengatakan bahwa paragraf adalah himpunan dari kalimat-kalimat yang bertalian dalam suatu rangkaian untuk membentuk sebuah gagasan. Menurut Kuntarto 2013189 menyatakan paragraf merupakan bagian karangan yang berkaitan secara utuh dan padu serta membentuk satu kesatuan pemikiran. Menurut Atmazaki 200683 menyatakan bahwa setiap paragraf yang baik memperhatikan kesatuan, keefektifan kalimat dan kejelasan. Melalui pemaparan apa itu paragraf dan pendapat para ahli dapat disimpulkan dalam menulis sebuah paragraf tentu memiliki tujuan dan isi paragraf dari penyusunan kalimat yang saling terpadu. Jenis-Jenis Paragraf Setelah memahami pengertian dari paragraf serta penyusunan kalimat yang baik dan bagaimana paragraf dapat menjelaskan gagasan utama agar dipahami pembaca. Tentu dalam menyampai ide dari kesatuan kalimat penting penggunaan kalimat yang memiliki tujuan dari masing-masing paragraf atau alinea. Dalam bahasa Indonesia ada beberapa jenis jenis paragraf berdasarkan hal yang ditekankan atau dominan dibicarakan dalam paragraf tersebut, jenis paragraf terbagi menjadi 3 yaitu yang pertama berdasarkan letak atau posisi kalimat utama, kedua menurut isi dan yang ketiga menurut fungsi dan tujuannya. Simak pembahasan selengkapnya dari ketiga jenis paragraf tersebut. Jenis Paragraf Berdasarkan Urutan Isi Penulis dalam membuat paragraf wajib mengetahui struktur dari isi meliputi pembuka, isi dan penutup yang disusun dengan tepat agar saling berkesinambungan. Memahami urutan penulisan ini berfungsi agar menarik perhatian pembaca, mengarahkan perhatian pembaca ke masalah dan memberikan gambaran umum. Paragraf pembuka Paragraf pembuka merupakan jenis paragraf yang berisi kalimat-kalimat berfungsi untuk mengantarkan pembaca pada pokok-pokok persoalan yang akan dikemukakan. Oleh karena itu penulis harus mampu menarik simpati dengan paragraf yang menarik, memunculkan rasa ingin tahu dalam diri pembaca terhadap topik utama / persoalan yang menjadi topik utama. Hal yang bisa dilakukan dengan mengungkapkan latar belakang, suasana dan mengenal karakter dari para tokoh, menyampaikan anekdot dengan mengawali paragraf dengan pernyataan yang tegas dan kontras yang bermaksud agar pembaca melihat pokok permasalahan. Paragraf Isi Paragraf isi merupakan pokok persoalan yang biasanya terletak di antara paragraf pembuka dan penutup dan juga berfungsi untuk memaparkan, membandingkan dan menentukan gagasan dari pokok persoalan. Pada paragraf ini harus benar menuntaskan persoalan yang dibahas agar isi pembahasan tidak menggantung atau tidak jelas, dari pengembangan pokok pikiran yang disusun sehingga menyentuh bagian penutup. Paragraf penutup Paragraf penutup adalah paragraf yang berfungsi untuk mengakhiri sebuah karangan yang biasanya terletak pada bagian akhir suatu karangan atau karya tulis, penulis juga dapat membuat kesimpulan atau menambahkan solusi atas persoalan yang diuraikan. Jenis Paragraf Menurut Letak Kalimat Utama Jenis paragraf berdasarkan letak atau posisi kalimat utama dapat diartikan bahwa jenis paragraf secara penempatanya diletakannya kalimat utama berdasarkan keinginan penulis. Menurut Finoza terdapat macam empat jenis paragraf berdasarkan penempatannya. Paragraf Deduktif Paragraf deduktif adalah jenis paragraf yang kalimat utamanya terletak di awal paragraf, paragraf ini yang menyajikan pokok permasalahan terlebih dahulu, lalu menyusul dengan uraian di paragraf berikutnya. Paragraf ini menempatkan ide atau gagasan melalui kalimat utama yang diletakkan di awal, selanjutnya akan dijelaskan secara detail dengan kalimat penjelas dan pendukung. Contoh Paragraf Deduktif Saat ini Indonesia sedang berusaha membangkitkan perekonomian. Banyak usaha yang dilakukan, mulai dari menekan jumlah barang impor yang mengalahkan pemakaian barang lokal. Pemerintah juga meluaskan lapangan pekerjaan, agar sumber daya manusia SDM dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk pembangunan negara. Bagi pelaku korupsi, kolusi, dan nepotisme KKN yang sangat merugikan perekonomian negara tentunya akan diberikan sanksi tegas karena yang kita ketahui Indonesia terpuruk akibat KKN yang terjadi di segala institusi. Oleh karena itu, dengan usaha yang dilakukan sekarang diharapkan Indonesia dapat mem- bangkitkan perekonomiannya. Paragraf Induktif Paragraf Induktif adalah paragraf yang menyajikan penjelasan terlebih dahulu, barulah diakhiri dengan pokok permasalahan paragraf, atau secara sederhananya jenis paragraf ini kalimat utamanya berada di akhir kalimat. Paragraf induktif memberikan gagasannya melalui kalimat utama yang diletakan di akhir paragraf, ini merupakan bentuk penguatan atau penekanan dari gagasan yang hendak disampaikan. Kamu dapat mengidentifikasi paragraf induktif secara eksplisit dengan konjungsi seperti dengan demikian, jadi, oleh karena itu, oleh sebab itu. Dengan konjungsi tersebut memungkinkan kamu memahami simpulan dari paragraf tersebut. Contoh Paragraf Induktif Akhir-akhir ini kita mendengar berita ke- banjiran. Ada banyak sungai yang meluap sampai ke permukiman penduduk. Bahkan kita juga men- dengar ketinggian air sampai melewati pinggang orang dewasa. Jalanan menjadi sulit untuk dilewati akibat genangan air. Sampai-sampai ada jalan yang tidak dapat untuk dilewati sehingga alat transporta- si menjadi mogok. Oleh karena itu, berhati-ha- tilah karena musim kemarau sudah berganti dengan musim hujan. Paragraf deduktif-induktif atau Campuran Bila kalimat pokok ditempatkan pada awal dan akhir paragraf, terbentuklah paragraf campuran deduktif-induktif. Kalimat pada akhir paragraf umumnya menegaskan kembali gagasan utama yang terdapat pada awal paragraf. Perhatikan contoh di bawah ini! Contoh Paragraf Campuran Dengan adanya sumber daya yang potensial di Indonesia, kita harus optimis bahwa perekonomian kita akan segera pulih kembali. Semua itu akan berhasil apabila ada kerja sama yang baik dan adanya rasa kesadaran di semua semua lapisan masyarakat. Di tahun 2013 ini semoga Indonesia menjadi lebih baik bukan hanya dari sektor ekonomi namun di segala sektor. Sebuah negara dikatakan kaya bukan dari segi kekayaan alamnya saja, tetapi juga dari segi kemakmuran penduduknya. Paragraf Ineratif Paragraf ineratif adalah paragraf yang kalimat utamanya berada di tengah paragraf. Paragraf ineratif diawali dengan gagasan penjelas sebagai pengantar, kemudian disajikan gagasan utama sebagai puncaknya. Setelah itu, masih ditambahkan gagasan penjelas. Oleh karena tergolong unik, paragraf ineratif jarang ditemukan Contoh Paragraf Ineratif Bencana gempa bumi dan tsunami melanda Aceh. Selain itu, gempa bumi juga melanda Kota Yogyakarta dan beberapa kota lainnya. Banjir terjadi di Kota Jakarta. Beberapa kapal tenggelam dan hilang di perairan. Kecelakaan pesawat juga terjadi di beberapa tempat. Indonesia memang sedang ditimpa banyak musibah dan bencana. Bencana-bencana tersebut menelan korban, baik harta maupun jiwa. Berbagai bencana atau musibah yang berkaitan dengan virus penyakit juga melanda dan menelan korban yang tidak sedikit. Jenis Paragraf Menurut Tujuannya Ada 4 jenis paragraf berdasarkan tujuannya yaitu paragraf deskripsi, eksposisi, persuasi dan argumentasi, masing-masing jenis tersebut memiliki maksud dan tujuan yang ingin disampaikan oleh penulis ke pembaca hingga mempengaruhi pembaca tersebut, berikut penjelasanya Paragraf Deskripsi Paragraf deskripsi adalah jenis paragraf yang dibuat untuk menyampaikan gambaran secara objektif suatu keadaan sehingga pembaca memiliki pemahaman yang sama dengan informasi yang disampaikan. Ciri-ciri paragraf deskripsi adalah bersifat informatif. Memberikan penggambaran melalui kata kata yang jelas dan terperinci dalam menguraikan suatu objek sehingga pembaca dapat melihat, mendengar, meraba dan merasakan dari pokok bahasan dari paragraf tersebut. Contoh Paragraf Deskripsi Pasangan muda yang melangsungkan pernikahan minggu lalu itu tinggal di rumah petak berukuran 3Ă—6 m. Tembok yang awalnya berwarna hijau kemudian dicat ulang berwarna putih sehingga menimbulkan kesan yang lebih luas. Terasnya banyak ditanami rerumputan, bunga-bunga, dan tanaman toga sehingga rumah terlindungi dari panasnya matahari. Suasana asri, tenang, dan damai menyelimuti hunian baru mereka. Paragraf Eksposisi Paragraf eksposisi adalah paragraf yang bertujuan memaparkan, menjelaskan, menyampaikan informasi dan menerangkan sesuatu pokok persoalan yang biasanya dilengkapi dengan data-data dalam paragraf yang dapat diperoleh dari penelitian, survei atau pengalaman. Contoh Paragraf Eksposisi Pertumbuhan ekonomi Indonesia selama beberapa tahun terakhir ini mencapai rata-rata 7-8% per tahun. Dengan demikian, pendapatan per kapita penduduk Indonesia mencapai beberapa kali lipat. Selain itu, berdasarkan data Biro Pusat Statistik, jumlah penduduk yang dikategorikan miskin juga banyak berkurang. Paragraf Persuasif Paragraf persuasif adalah jenis paragraf berisi ajakan yang disampaikan dengan bahasa singkat, padat dan menarik untuk berusaha meyakinkan, mendorong, mempengaruhi atau membujuk agar pembaca melakukan kehendak dari penulis. Contoh Paragraf Persuasif Angka kematian ibu dan bayi di Indonesia terbilang masih tinggi. Dari kelahiran, selalu ada 24 kematian. Oleh karenanya, Kepada BKKN menyeru kepada para remaja yang nantinya akan memasuki masa kehamilan dan melahirkan hendaknya mencari tahu pencegahan kematian pada bayi, baik itu di dalam kandungan maupun setelah kelahiran. Diharapkan pula, calon ibu selalu mencukupi nutrisi dan gizinya. Tak hanya itu, peran suami sangat dibutuhkan dalam memberikan dukungan agar istri tidak mengalami baby blues dan bayi lahir tanpa kekurangan apapun. Paragraf Argumentasi Paragraf argumentasi adalah jenis karangan yang berisi gagasan lengkap dengan bukti dan alasan serta dijalin dengan proses penalaran yang kritis dan logis. Argumentasi dibuat untuk mempengaruhi atau meyakinkan pembaca untuk menyatakan persetujuannya. Jenis paragraf ini agar pembaca dapat menerima pendapatnya biasanya memberikan penjelasan, alasan dan bukti guna memberikan alasan kuat dan meyakinkan pokok permasalahan, tujuan untuk mempengaruhi pembaca. Contoh Paragraf Argumentasi Siswa-siswi lulusan SMA yang ingin melanjutkan studi ke perguruan tinggi hendaknya memilih jurusan sesuai dengan yang diingini. Hendaknya pula para orangtua tidak memaksa anak-anaknya untuk berkuliah di jurusan yang bertolak belakang dengan keinginan anak. Hal ini dilakukan agar setelah lulus, para sarjana dapat memperoleh pekerjaan atau bahkan dapat membuka usaha sendiri sehingga mampu menciptakan lapangan pekerjaan. Mengingat, Indonesia memiliki angka pengangguran yang cukup tinggi. Dilansir dari Media Indonesia, berdasarkan data BPS bahwa hingga Februari 2022 angka pengangguran di tingkat sarjana hampir 14%. Salah satu penyebab tingginya angka pengangguran tersebut adalah para lulusan tidak memiliki keterampilan yang mumpuni.
Keparalelanitu tampak pada jenis kata yang digunakan sebagai suatu yang paralel dengan memiliki unsur atau jenis kata yang sama. Kesalahan dalam menggunakan paralelis kata akan menjadikan kalimat tersebut menjadi tidak efektif. Keraf, Gorys (1983) Komposisi. Jakarta: Gramedia. Rusyana, Yus (1984) Bahasa & Sastra dalam Gamitan Pendidikan
Jakarta - Majas seringkali ditemukan di kehidupan sehari-hari. Salah satu majas yang kerap dijumpai dalam percakapan dan juga karya sastra ialah majas metafora. Apa itu majas metafora? Simak pengertian, jenis, serta contoh majas Majas MetaforaMajas atau gaya bahasa merupakan istilah dalam bidang linguistik yang berarti kiasan. Penggunaan majas biasa ditemukan dalam percakapan sehari-hari. Di samping itu, majas juga banyak terkandung dalam karya sastra seperti puisi, prosa, cerpen, dan novel. Ada beragam jenis majas, salah satunya ialah majas etimologis, kata metafora berasal dari bahasa Yunani yakni "meta" dan "phere", yang bermakna transfer atau memindahkan. Seorang ahli bahasa terkemuka, Gorys Keraf, mengkategorikan majas metafora sebagai majas perbandingan. Majas perbandingan sendiri merupakan gaya bahasa yang digunakan untuk membandingkan suatu objek dengan objek lain melalui proses menyamakan, melebihkan atau pun Keraf mendefinisikan majas metafora sebagai analogi yang meletakan sebuah objek yang bersifat sama dengan pesan yang ingin disampaikan. Sementara itu, menurut KBBI Kamus Besar Bahasa Indonesia, metafora memiliki makna pemakaian kata atau kelompok kata bukan dengan arti yang sebenarnya, melainkan sebagai lukisan yang berdasarkan persamaan atau perbandingan. Jadi, kiasan yang digunakan mengacu pada persamaan atau perbandingan sifat yang dimiliki oleh suatu bisa diartikan sebagai pengungkapan berupa perbandingan analogis dengan menghilangkan kata semacam 'seperti', 'layaknya', 'bagaikan', 'bak' membandingkan suatu benda dengan benda Majas MetaforaMenurut Kerbrat Orecchioni, berdasarkan bentuknya, majas metafora dibagi menjadi dua jenis, diantaranya Majas Metafora Eksplisit metafora in praesentiaMajas metafora eksplisit adalah majas yang membandingkan secara langsung antara suatu objek dengan objek pembandingnya. Karena objeknya disandingkan secara langsung, maka hal ini membuat kandungan atau makna dari kalimat tersebut menjadi terkesan sangat eksplisit atau majas metafora eksplisit Ayu merupakan bunga desa di wilayah contoh kalimat di atas, penulis menyatakan dengan jelas bahwa Ayu memanglah bunga desa di wilayah tersebut. Istilah bunga desa artinya perempuan tercantik di suatu desa. Majas Metafora Implisit Metafora in Absentia Iklan Berbanding terbalik dengan metafora eksplisit, majas metafora implisit tidak membandingkan objek pembanding secara langsung, akan tetapi menggunakan ungkapan-ungkapan atau kata-kata yang majas metafora implisit Di wilayah itu, kabarnya ada bunga desa yang amat terlihat jelas perbedaan contohnya dengan jenis majas sebelumnya. Kalimat majas metafora di atas tidak menyatakan secara spesifik bunga desa yang Majas MetaforaBerikut ini contoh penggunaan majas metafora yang dirangkum dari berbagai sumber. Malang sekali nasib bunga desa itu. bunga desa perempuan tercantik di suatu desa. Diah sering menjadi buah bibir di sekolah. buah bibir bahan pembicaraan. Orang itu terkenal panjang tangan. panjang tangan suka mencuri. Aji adalah anak emas di keluarganya. anak emas anak kesayangan. Dasar lelaki buaya darat! lelaki buaya darat laki-laki yang suka menggoda perempuan. Ardi sering dijuluki sebagai kutu buku di kelasnya. kutu buku orang yang hobi membaca buku. Masalah harus diselesaikan dengan kepala dingin. kepala dingin tenang. Si jago merah berhasil melahap rumah dalam waktu sekejap. jago merah api. Kelahiran buah hati amat ditunggu ibunda. buah hati anak. Saat pergi dinas ke luar kota, ayah selalu membeli buah tangan untuk keluargaku. buah tangan oleh-oleh.Demikian pengertian, jenis, serta contoh kalimat majas metafora. Selamat DITA PANGESTUBaca juga Contoh Majas Hiperbola, Pengertian dan Ciri-CirinyaIkuti berita terkini dari di Google News, klik di sini.
vAeWU1F.